Biografi J.K. Rowling - Penulis Novel

Sabtu, 26 April 2014

Penulis

Joanne Kathleen Rowling atau J.K. Rowling dilahirkan pada tanggal 31 Juli 1965 di kota Chipping Sodbury, dekat Bristol, Inggris. Ia menjadi sorotan kesusasteraan internasional pada tahun 1999 saat tiga seri pertama novel remaja Harry Potter mengambil alih tiga tempat teratas dalam daftar "New York Times best-seller" setelah memperoleh peringkat yang sama di Britania Raya. Kemudian, saat seri ke-4, Harry Potter dan Piala Api diterbitkan pada bulan Juli tahun 2000, seri ini menjadi buku paling laris penjualannya dalam sejarah. J.K rowling menjadi penulis Novel paling terkenal dan menjadi wanita terkaya di inggris dengan novel terlaris sepanjang sejarah hasil karangannya, namun perjuangannya itu amat berat dan terjal karena mengalami berbagai kesulitan sebelum mencapai hasil yang maksimal

Sebagai seorang lulusan Universitas Exeter, Rowling pindah ke Portugal pada tahun 1990 untuk mengajar Bahasa Inggris. Di sana ia menikah dengan seorang wartawan Portugis. Anak perempuannya, Jessica dilahirkan pada tahun 1993. Setelah perkawinan pertamanya berakhir dengan perceraian, Sejak perceraian dengan suaminya, ia menjadi ibu tunggal yang harus menghidupi anak-anaknya dalam kondisi serba kekurangan. Rowling pindah ke Edinburgh bersama dengan anaknya. Rowling menghadapi masalah untuk menghidupi keluarganya. Semasa hidup dalam kesulitan, Rowling mulai menulis sebuah buku.

Ia merasa kemampuan menulisnya mungkin bisa menjadi jalan keluar untuk hidupnya yang sulit, tetapi ia tak mempunyai fasilitas yang memadai. Ia tidak memiliki komputer, dan hanya memiliki mesin tik tua. Ia juga tak mempunyai uang, bahkan hanya untuk membayar foto kopi. Maka ia terpaksa mengetik ulang naskah yang sama hingga beberapa kali agar bisa diserahkan ke beberapa penerbit. Ia mendapat ide tentang penulisan buku itu sewaktu dalam perjalanan menaiki kereta api dari Manchester ke London pada tahun 1990. Ia menyerahkan naskahnya ke beberapa penerbit, sebanyak 12 penerbit menolak naskah yang ia buat, Setelah beberapa kali ditolak, penerbit ke 13 lah yang menerima naskahnya dan mulai memasarkannya, akhirnya nasib dan takdir baik berpihak padanya, Rowling berhasil menjual buku Harry Potter dan Batu Bertuah untuk jumlah sebanyak $4000.

Menjelang musim panas pada tahun 2000, tiga buku pertama Harry Potter : Harry Potter dan Batu Bertuah, Harry Potter dan Kamar Rahasia, dan Harry Potter dan Tawanan Azkaban telah memperoleh keuntungan lebih kurang 480 juta dolar Amerika Serikat dalam masa tiga tahun dengan cetakan 35 juta naskah dalam 35 bahasa. Pada Juli 2000, Harry Potter dan Piala Api telah dicetak untuk pertama kalinya sebanyak 5,3 juta naskah dengan pesanan tambahan sebanyak 1,8 juta naskah. Buku kelimanya, Harry Potter dan Orde Phoenix telah mulai dipasarkan pada 21 Juni 2003, serentak di seluruh dunia setelah lebih kurang 3 tahun buku keempat diterbitkan. Buku keenam, Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran juga telah diluncurkan secara resmi pada 16 Juli 2005.

Harry Potter and the Sorcerer's Stone telah dibuat film yang mulai tayang pada 16 November 2001. Pada awal minggu pembukaannya di Amerika Serikat, telah memecahkan rekor dengan keuntungan sekitar 93,5 juta dolar Amerika Serikat (20 juta dolar lebih banyak dari pemegang rekor terdahulu yaitu film The Lost World : Jurassic Park (1999). Sekuel film seri ini, Harry Potter and the Chamber of Secrets, mulai ditayangkan pada 15 November 2002 dan menjadi film ketiga untuk pembukaan ujung minggu terbaik dalam sejarah pecah panggung. Film ketiga, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban telah mulai ditayangkan pada 4 Juni 2004.

Penulis

Penghujung Desember 2001, Rowling menikah dengan Dr. Neil Murray di Skotlandia. Anak kedua dan anak lelaki pertama mereka, David Gordon Rowling Murray, dilahirkan pada 24 Maret 2003, di Royal Infirmary, Edinburgh. Setelah mengumumkan buku keenam seri Harry Potter, Rowling melahirkan anak perempuan, Mackenzie Jean Rowling Murray pada 23 Januari 2005. Kini, J.K. Rowling telah mulai mengarang buku ketujuh, Harry Potter and the Deathly Hallows yang merupakan akhir dari seri Harry Potter.
"Kemiskinan memuat rasa takut, dan stres, dan kadang-kadang depresi. Kemiskinan itu berarti beribu penghinaan dan kesulitan. Berjuang keluar dari kemiskinan dengan usaha Anda sendiri, itulah yang sesungguhnya menjadi kebanggaan diri sendiri, tetapi kemiskinan itu sendiri hanya terkesan baik oleh orang bodoh. Apa yang paling saya takuti di usia saya seperti Anda? bukan kemiskinan, tetapi kegagalan. Kegagalan mengajarkan saya hal-hal tentang diri saya sendiri bahwa saya bisa belajar. Saya menemukan bahwa saya memiliki kemauan yang kuat, dan disiplin lebih dari yang saya duga, saya juga menemukan bahwa saya memiliki teman-teman yang nilainya benar-benar melebihi harga permata - JK Rowling"
Perempuan kelahiran 31 Juli 1965 itu, terhitung telah menulis tujuh novel Harry Poter. Buku kelimanya, Harry Potter and the Order of the Phoenix (2003), menyusul Harry Potter and the Half-Blood Prince (2005) dan Harry Potter and the Deathly Hallows (2007).

Rowling menjadi sangat beruntung, setelah keseluruhan edisi bukunya diproduksi dalam bentuk layar lebar. Dan keseluruhannya merengkuh kesuksesan yang luar biasa

Biodata

Nama Lengkap : Joanne Kathleen Rowling

Lahir : Chipping Sodbury, 31 Juli 1965

Profesi : Penulis Novel Harry Potter

Suami : Dr. Neil Murray (suami kedua)

Anak

* Jessica (dari suami pertama)
* David Gordon Rowling Murray
* Mackenzie Jean Rowling Murray

Pendidikan Terakhir : Lulusan Universitas Exeter

Karir

* Staf Pengajar Bahasa Inggris di Portugal (1990)
* Penulis Novel Harry Potter Seri Ke 1-7

Karya J.K. Rowling
  • Harry Potter and the Philosopher's Stone (26 June 1997)
  • Harry Potter and the Chamber of Secrets (2 July 1998)
  • Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (8 July 1999)
  • Harry Potter and the Goblet of Fire (8 July 2000)
  • Harry Potter and the Order of the Phoenix (21 June 2003)
  • Harry Potter and the Half-Blood Prince (16 July 2005)
  • Harry Potter and the Deathly Hallows (21 July 2007)

Biografi Habiburrahman El Shirazy - Penulis Novel

Penulis

Habiburrahman El Shirazy lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976. Beliau adalah seorang sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo. Founder dan Pengasuh Utama Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA, yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah.

Namanya semakin terkenal semenjak Novel Ayat-Ayat Cinta sukses dipasaran dan diangkat ke layarlebar pada tahun 2004. Seperti novelnya, filmnya juga sukses dipasaran dengan jumlah penonton 3,8 juta.

Selain Ayat-Ayat Cinta Habiburahman juga menulis beberapa novel yang selalu dinanti khalayak karena dinilai membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasar adalah Pudamya Pesona Cleopatra (novelet, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (kumpulan kisah teladan yang telah disinetronkan di Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (kumpulan kisah teladan, 2005), Ketika Cinta Bertasbih (novel fenomenal yang belum genap sebulan beredar telah terjual 30.000 eksemplar, 2007). Karyanya yang siap dirampungkan: Langit Makkah Berwarna Merah. Bidadari Bermata-Bening dan Bulan Madu di Yerusalem.

Selain menjadi penulis novel, Habiburahaman sendiri dikenal sebagai dai, novelis, dan penyair. Pada tahun 2010 lalu Habiburahman menjadi sutradara untuk film yang diangkat dari novelnya sendiri, Dalam Mihrab Cinta.

Beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya, anfara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Bookand Writer 2005 dan BF Award2006. Tak jarang ia diundang. untuk berbicara di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam kapasitastaya sebagai dai, novelis, maupun penyair. Seperti di Cairo, Kuala Lumpur, Hongkong, dan lain-lain.

Hal yang membuat saya kagum adalah tujuan beliau dalam menulis novel-novelnya. Habiburrahman ingin menjadikan novel yang ditulisnya sebagai sarana untuk membumikan ayat-ayat suci Al-Quran. Sehingga Al-Quran bisa benar-benar hidup dan menjadi pedoman hidup yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain hasil dari tadabbur terhadap ayat-ayat suci Allah dalam Al-Quraanul Kariim. Beliau juga sering melakukan riset untuk mengambil setting dalam novelnya, sehingga cerita dalam novel-novel beliau terasa lebih hidup.

Selain itu pengalamannya saat menjadi sutradara film Dalam Mihrab Cinta. Beliau hanya bermodalkan nekad seperti tokoh Syamul dalam film itu. Sebelumnya novel yang diangkat menjadi film disutradarai oleh sutradara terkenal seperti Hanung Brahmantyo yang menyutradari film Ayat-Ayat Cinta.

Pendidikan
  • Pendidikan Menengah di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen, Demak.
  • Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta (1992-1995)
  • Mahasiswa di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, jurusan Hadist fakultas Ushuluddin (lulus 1999)
  • Gelar Pg.D setelah lulus S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo di tahun 2001.
Karir
  • Da'i
  • Penyair
  • Novelis
  • Guru MAN 1 Jogjakarta pada tahun 2003-2004
  • Dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta, Indonesia
Penghargaan
  • Juara II dalam Lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994)
  • Juara I dalam lomba baca puisi keagamaan tingkat SLTA se-Jateng (1994)
  • Juara I lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (1994)
  • Juara I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY (1994)
  • Pemenang Pertama dalam lomba baca puisi Arab tingkat Nasional (1994)
  • Pena Award (2005)
  • The Most Favorite Book and Writer (2005)
  • IBF Award (2006)
  • Novelis no.1 Indonesia versi UNDIP

Biografi Yudhistira Ardi Nugraha - Penulis Novel

Penulis

Penyair ini lebih dikenal sebagai novelis. Novel yang membuat dirinya terkenal adalah Arjuna Mencari Cinta. Karya-karya puisinya juga memberi warna baru dalam dunia perpuisian Indonesia, yakni puisi surat kabar karena ditulis berdasarkan berita-berita koran. Sajak-sajaknya dalam Rudi Jalik Gugat banyak dijadikan lirik lagu oleh Franky, seorang penyanyi country asal Surabaya.

Yudhistira Ardi Nugraha lahir pada tanggal 28 Februari 1954, di Subang Jawa Barat. Pernah menjadi redaktur majalah Le Laki dan majalah Tempo. Drama-dramanya "Wot Atawa Jembatan" dan "Ke" memperoleh hadiah harapan dan hadiah ketiga penulisan naskah sandiwara  DKJ tahun 1977 dan 1978.

Novel yang berjudul mencoba tidak menyerah (1979), mendapat hadiah penghargaan Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta Tahun 1977. Karya-karya nya yang lain: Arjuna Mencari Cinta(1977), yang dinyatakan sebagai fiksi terbaik 1977 oleh Yayasan Buku Utama, Ding Dong (novel, 1978), Omong Kosong (kumpulan sajak, 1978), Sajak Sikat Gigi (kumpulan sajak 1978), Arjuna Mencari Cinta II ( NOVEL, 1980), Yudhistira Duda, dan Rudi Jalak Gugat (kumpulan sajak 1982).

Biodata
Nama Lengkap: Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi
Nama: Yudhistira Ardi Nugraha
Tanggal Lahir: 28 Februari 1954
Tempat Lahir: Subang, Jawa Barat, Indonesia

Riwayat Pendidikan
SD di Subang
SMP
SMA Taman Siswa di Yogyakarta (1972)
Akademi Sinematografi LPKJ selama satu semester (19760)

Karier
Penjual Koran
Pengarang Novel
Wakil Pemimpin Redaksi majalah Le Laki (1976-1978)
Wartawan majalah Tempo (1979)

Karya-karya Yudhistira Ardi Nugraha
Sajak Sikat Gigi, Kumpulan Puisi (1976)
Arjuna Mencari Cinta (1977)
Wot (1977)
Ke (1978)
Dingdong
Obladi Oblada
Puber
Arjuna Mencari Cinta II (1980)
Perjalanan Kehilangan,
Terbit Bulan Tenggelam Bulan
Tinton
Kuda-Kuda
Mencari Taman Bagi Kasih

Biografi Ahmad Fuadi - Penulis Novel

Penulias

Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa mematuhi permintaan Ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana yang sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo.

Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media anad Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya –yang juga wartawan Tempo- adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of America (VOA).

Berita bersejarah seperti tragedi 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. 

Dia telah mendapat kesmepatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Dirktur Komunikasi The Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sebibuk menulis, jadi pembicara dan motivator, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu – Komunitas Menara.

Novel perdananya –Negeri 5 Menara- telah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010, Penulis & Buku Fiksi Terfavorit versi Anugerah Pembaca Indonesia, Buku Fiksi & Penulis Fiksi Terbaik 2011 dari Perpustakaan Nasional. Negeri 5 Menara juga telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama, dan menjadi salah satu film terlaris tahun 2012.

Biografi Tere Liye - Penulis Novel

Penulis

Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat tanah air. Tere Liye sendiri di ambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu.

Meskipun Tere Liye bisa di anggap salah satu penulis yang telah banyak menelurkan karya-karya best seller. Tapi kalau anda mencari biodata atau biografi Tere Liye, kita akan menemukan sedikit bahkan hampir tidak ada informasi mengenai kehidupannya serta keluarganya. Atau Anda juga bisa mencoba sendiri dengan mengecek karya Tere Liye dan lihat di bagian belakang “tentang penulis’ di novelnya, maka tidak ada yang bisa kita temukan informasi mengenai Tere Liye.

Berbeda dari penulis-penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Mungkin itu cara yang ia pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana.

Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21 mei 1979. Tere Liye menikah dengan Ny.Riski Amelia dan di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai.

Seperti di sebutkan di atas, Tere Liye tumbuh di Sumatera Pedalaman. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar. Berdasarkan email yang di jadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu darwisdarwis@yahoo.com. Bisa di simpulkan sederhana bahwa namanya adalah Darwis.

Masa Pendidikan

Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 bandar lampung. Setelah selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas Ekonomi.

Karya-Karya Tere Liye

Berikut saya tulis karya Tere Liye, semoga bisa menjadi bahan referensi :

Ø  Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum,2010)

Ø  Pukat (Penerbit Republika, 2010)

Ø  Burlian (Penerbit Republika, 2009)

Ø  Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005)

Ø  Moga Bunda Disayang Alloh (Penerbit Republika, 2005)

Ø  The Gogons Series : James & Incridible Incodents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)

Ø  Bidadari – Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008)

Ø  Sang Penandai (Penerbit Serambi, 2007)

Ø  Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 & Republika 2009)

Ø  Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Penerbit AddPrint, 2005)

Ø  Cintaku Antara Jakarta dan Kualal Lumpur (Penerbit AddPrint, 2006)

Ø  Senja Bersama Rosie (Penerbit Grafindo, 2008)

Ø  Eliana, Serial Anak-Anak Mamak

Penulis yang satu ini memang berbeda dari kebanyakan penulis yang sudah ada. Biasanya setiap penulis akan memasang poto, nomor kontak yang bisa di hubungi atau riwayat hidup singkat di bagian belakang setiap karyanya.

Meskipun setiap karya yang di hasilkan laku di pasaran dan menjadi best seller. Namun Tere Liye seperti menghindari dan menutupi kehidupannya. Kalau penulis yang lain biasanya banyak menerima panggilan acara baik itu berupa seminar tentang tips-tips menulis, bedah buku, workshop atau kegiatan yang lainnya terkait dunia tulis menulis. Tapi tidak dengan Tere Liye.
Kehidupan dan Kesederhanaan

Dari karya-karyanya Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terpikir oleh kabanyakan orang. Hidup adalah anugerah yang Kuasa dan karena anugerah berarti harus di syukuri.
 “Bekerja keras dan selalu merasa cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita”.
Itulah sedikit kutipan yang penulis dapatkan, terkesan bahwa ia menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan. Satu lagi pelajaran berharga yang bisa kita petik dan di aplikasikan dalam kehidupan masing-masing dari biografi Tere Liye ini.

Sungguh sangat istimewa, bahwa di negeri kita tercinta ini lahir banyak penulis berkualitas. Serta dengan karya-karyanya tersebut telah membuat negeri ini di kenal luas. Terlebih lagi Tere Liye berasal dari pedalaman Sumatera Selatan. Menjadikan nilai tambah sebagai nilai positif untuk terus meneladani kepiawaiannya di dunia tulis menulis.

Bagi Anda yang sudah pernah menikmati karya Tere Liye pasti akan memberikan respon positif. Karya Tere Liye biasanya mengetengahkan seputar pengetahuan, moral dan agama islam. Penyampaian nya yang unik serta sederhana menjadi nilai tambah bagi tiap novelnya.

Justru karena kesederhanaannya, tiap kita membaca lembaran demi lembaran novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sedang sampaikan. Uniknya kita tidak akan merasa sedang di gurui meskipun dari tulisan-tulisannya itu tersimpan pesan moral, islam serta sosial yang penting. 

Kesederhanaan lah yang mampu membuka hati, dan kalau hati kita sudah terbuka maka akan sangat mudah setiap pesan-pesan positif itu sampai. Melalui biogarfi Tere Liye yang amat singkat ini, saya ingin berbagi, mari kita nikmati tiap lembaran karya Tere Liye dan ambil tiap nilai positif yang ada di dalamnya.

Biografi Azis Gagap OVJ - Pelawak Indonesia

Jumat, 25 April 2014

Pelawak

Muhammad Azis lahir di Jakarta, 22 Desember 1961, dikenal luas dengan nama Azis Gagap OVJ, Perjalanan karir Azis ini juga terbilang tidak mudah karena diawal-awal karirnya, Azis pernah menerima bayaran melawak sebesar Rp. 25 ribu saja. Mendapatkan bayaran yang dirasa tidak mencukupi hidupnya, Azis juga pernah mencoba berkarir dengan bekerja di sebuah kontraktor bangunan. Pertama kali terjun di dunia komedian, Azis merasakan kesulitan karena Azis nggak bisa ngelucu.

Azis mengawali karier melawak melalui panggung lenong dari satu kelurahan ke kelurahan lain. Selanjutnya, pada tahun 1999 ia mulai bekerja dengan Bagito dalam acara "Paviliun" di TVRI. Azis dengan melawak bersama Bagito berkenalan dengan Patrio. Dan Azis mengaku banyak belajar ngelawak dari teman-temannya, walaupun mendapatkan bayaran sebesar Rp. 25 ribu saja, Azis tetap mensyukurinya untuk mencukupi istri dan ketiga anaknya.

Azis juga mencoba jalan lain untuk mendapatkan rejeki lebih untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja di sebuah kontraktor bangunan. Namun karena merasa memiliki jiwanya berada di komedian akhirnya Azis meninggalkan perusahaan kontraktor bangunan itu dan kembali menjadi komedian. Dan ternyata jalan menuju rejeki yang lebih besar itu tidak selamanya tertutup bagi Azis dan keluarganya ini. Azis mendapatkan masukan dari seorang penulis untuk memerankan seorang komedian yang gagap.
Pelawak
Sejak tahun 2008 karier Azis mulai menanjak dengan melawak dalam Opera Van Java bersama Parto, Sule, Andre Taulany, dan Nunung. Azis juga berencana merambah dunia menyanyi dengan mengeluarkan album. Disamping sebagai aktor dan komedian di dunia hiburan, Aziz Gagap juga seorang yang dermawan dan sangat peka terhadap masalah sosial. hal demikian dibuktikan dengan keterlibatan dan aktivitas sosialnya dengan mendirikan sebuah pesantren bernama "Padepokan Aziziyah" di Bogor. sebuah tempat belajar yang diperuntukkan bagi anak-anak yang kurang beruntung secara ekonomi. di padepokan yang saat ini sedang dibangun ini siswa dan siswinya di bebaskan dari biaya.

Biografi Sule OVJ - Pelawak Indonesia

Pelawak

Jalan Panjangnnya menjadi bintang di dunia hiburan sangat panjang dan berliku namun sekarang kesuksesan di dunia hiburan bisa diraihnnya setelah perjuangannya yang panjang. Entis Sutisna atau lebih dikenal dengan nama Sule lahir di Bandung, Jawa Barat, 15 November 1976 adalah pemeran yang berawal dari Grup Lawak SOS, Audisi Pelawak TPI (API). Sule semakin dikenal via acara Opera Van Java di Trans7 bersama Andre Taulany, Parto, Nunung dan Azis Gagap. Karirnya semakin meningkat dengan acara Awas Ada Sule di Global TV yang dibintangi mantan pemain bola voli nasional, Hikmal Abrar. Selain melawak, alumnus STSI Bandung ini dikenal pintar menyanyi. Sejak masih duduk di bangku kelas 3 SD, Sule sudah sering tampil di panggung tujuhbelas Agustusan, untuk menari.

“Sejak umur lima tahun kalau dengar musik jaipongan bawaannya selalu joget. Aku memang senang sekali menari,” cetus lelaki berambut gondrong dan pirang ini. Karena senang menari itulah, akhirnya orang tua mendaftarkannya ke sanggar Kandaga. “Mulai dari situ saya jadi sering dapat juara. Tidak hanya di Jawa Barat, tetapi juga sampai Jakarta,” ucap pria kelahiran Cimahi yang memiliki cita-cita menjadi pembawa acara berita ini. Seperti halnya Oni, teman satu kelompoknya, Sule juga sudah terbiasa mencari uang sejak kecil. Untuk urusan belajar, ternyata Sule paling malas sukanya menyontek.

Hobi menarinya sempat terhenti ketika duduk di bangku SMP. Baru tumbuh lagi saat masuk SMKI, Sule mengakui setelah berjuang selama bertahun-tahun, sejak SMP, baru sekarang meneguk hasilnya. Dulu dia tinggal di rumah petak kontrakan. “Dulu, boro-boro buat beli baju, bayar rumah sama makan saja harus meminjam dari tetangga,” ujarnya. Hidup prihatin sempat dirasakan pria berambut pirang panjang ini. Orangtuanya adalah pedagang bakso di Cimahi, di malam hari Sule kecil membantu berjualan jagung rebus keliling kompleks.

Pelawak
Sule menikah dengan Lina (32), tahun 1997. Karena penghasilan dari melawak tidak menentu, mereka berdagang ayam goreng dan berjualan kebaya. “Penghasilannya cuma Rp20.000 sehari. Belanja sayur, sebagian lagi beras, sabun, dan untuk jajan anak, nggak cukup,” paparnya. Bintang Sule baru bersinar ketika ia dan dua temannya, Ogi Suwarna dan Obin Wahyudin mengikuti audisi lawak API (Akademi Pelawak Indonesia) di TPI. Setahun kemudian, Sule menjuarai Superstar Show, sebuah acara duet selebriti di Indosiar, dan berhak membawa pulang sebuah mobil. Puncaknya ketika ia membintangi OVJ.

Karakter Pelawaknya Kuat
Sule tampak sebagai pelawak multi talenta lewat sebuah acara televisi (reality-show) SuperStar Show yang ditayangkan Indosiar, kira-kira 2 tahun yang lalu. Dalam acara berupa kontes nyanyi secara berpasangan tersebut, Sule akhirnya menjadi juara. Waktu itu dia berduet dengan Jaja. Karakternya yang unik, multy-talented, dan humoris membuat duet Sule-Jaja dengan mudah disukai dan dikenal para pemirsa acara SuperStar. Ternyata terbukti kemudian. Terhitung semenjak usai menjuarai event SuperStar, Sule pun mulai sering tampil di layar kaca (televisi). Dari menjadi presenter (MC), bintang tamu talkshow, pengisi acara musik, hingga menjadi komedian/pelawak seperti saat ini.

Pelawak
Acara TV
Dari ranah komedi, nama Sutisna alias Sule sepanjang tahun ini merajai televisi. Selain tampil di acara komedi Opera Van Java (OVJ) di Trans 7, Sule juga memandu reality showBigShow di TPI. Jika tak syuting, Sule mengisi berbagai acara off air. Khusus untuk tahun 2009, saya amati Sule LARIS MANIS. Job yang diterimanya di dunia hiburan Indonesia tergolong cukup banyak. Anda yang sering nonton tv pada malam hari mungkin sudah tidak asing lagi dengan tampak dan tingkah lucunya. Acara tv yang bisa dibilang mempopulerkan Sule (selain SuperStar) yaitu OKB, Opera Van Java, dan Awas Ada Sule. Dua yang pertama tayang di Trans7. Sedangkan yang terakhir (Awas Ada Sule) ditayangkan di Global Tv. Jika anda penggemar acara komedi atau sitkom, anda pasti sudah cukup familiar dengan ketiga acara itu.

Kelebihan Sule
Sule memang punya talenta tersendiri yang membuat ia layak disejajarkan dengan Tukul Arwana, Komeng, Eko Patrio, Parto, maupun Olga Syahputra yang sempat dinobatkan sebagai 5 Pelawak Termahal Indonesia). Yang patut diapresiasi, Sule juga bukan tergolong pelawak dadakan. Ia memang memulai merintis karier melawaknya dari NOL Popularitas yang dicapainya sekarang bukanlah secara instan, namun berkat kegigihan dan perjuangan. Di samping talenta unik yang memang dianugerahkan Yang Maha Kuasa padanya.

Seperti Komeng Sule punya kemampuan spontanitas lelucon yang tergolong sangat responsif, cepat, kreatif dan bagus. Dalam tampilan dipanggung juga punya kemampuan blocking yang lumayan. Sule termasuk salah satu peawak yang punya karakter melucu yang kuat dan unik Bakat melawak Sule agaknya diturunkan sang ayah, yang penjual bakso keliling. Ayahnya selalu membanyol dan membuat para pembeli baksonya tertawa. Akan tetapi Sule mengawali naik panggung bukan dengan lawakan, melainkan sebagai pemain musik. “Tapi kok penonton malah bilang saya lucu. Eh, malah jadi lawak,” ujar Sule, yang kemudian mendirikan grup lawak SOS bersama Ogi dan Oni.

Setelah memenangkan audisi melawak di TPI, nama Sule pelan-pelan melejit. Tetapi baru di acara Superstar Show, nama Sule menanjak hingga sekarang. Meski sudah sangat terkenal, Sule masih memendam cita-cita. Dia ingin go international kendati tak bisa berbahasa Inggris.

Pelawak

Jutawan Sederhana
Kini kehidupan Sule berbeda. Ayah dari Rizki (12), Putri (8), dan Rizwan (2), ini memiliki lima rumah di Bandung dan Jakarta, dua mobil, serta dua sepeda motor. Kendati telah bergelimang harta, ternyata tak semua artis hidup bermewah-mewah. Pelawak Sule misalnya, yang mengaku ingin selalu hidup bersahaja.Kini, ayah tiga anak ini menerima bayaran Rp 4 juta untuk satu episode OVJ. Dengan perhitungan 6 episode setiap minggunya, Sule mengantongi lebih dari Rp 90 juta per bulan. Bulan Ramadan lalu menjadi momen paling menguntungkan bagi Sule. OVJ tayang dua kali sehari. Untuk acara OVJ sahur, pemain dibayar dobel. Alhasil, dalam sehari Sule bisa mengumpulkan Rp 12 juta. Itu belum termasuk honor presenter dan sebagainya. Jika dikalkulasi, lebih dari Rp 100 juta masuk ke rekening Sule setiap bulannya.

Uniknya, gelimang harta tak membuatnya silau. Mobil yang setiap hari mengantarnya syuting masih mobil yang sama dengan yang dipakainya empat tahun lalu, sebuah Suzuki APV. Untuk investasi Sule lebih memilih mengoleksi rumah. Pria yang mempersunting Lina 12 tahun silam ini sudah memiliki empat rumah di Bandung yang digunakan sang istri sebagai tempat usaha. “Aku sudah punya salon, warnet, toko baju dan toko jual-beli ponsel. Sekarang mau bikin studio musik,” lanjutnya. Pria pencetus ucapan “prikitiw” itu tetap betah menempati tempat tinggalnya terdahulu, sebuah kamar kos di kawasan Jakarta Selatan.

Layaknya anak kos, sejumlah barang milik Sule tergolong sederhana. Kasur tipis, televisi 14 inci, tempat minum galon, dan lain sebagainya menghiasi kamar kos. “Itu jam dinding gua beli Rp 40 ribu,” ujar Sule sambil. Sebagai seorang pelawak, Sule memang tak ada matinya. Pria berambut kuning panjang itu selalu bercanda dan tertawa lepas. Saat berada di lokasi syuting, ia melakukan berbagai aksi jail seperti mengagetkan orang, menggoyang-goyangkan tangga, bahkan melempar sang penulis skenario ke kolam. “Hahaha, sini, sini,” kata Sule sambil menarik baju seorang kru film.

Solider Teman
Semakin terkenal, semakin tebal pula kantong Sule. Penghasilan ini bukan hanya untuk istri dan anak-anaknya, melainkan dibagi juga untuk adik-adiknya. Anak kedua dari empat bersaudara ini juga tidak segan membantu kedua temannya yang dulu sama-sama tergabung dalam grup lawak SOS. Bahkan, menurut Sule, tidak jarang secara diam-diam dia membantu Oni agar rekannya itu bisa mengisi sebuah acara di stasiun televisi. “Tidak hanya bantuan berupa materi saja tetapi juga membuka kesempatan bagi teman-teman saya agar bisa masuk dan terlibat dalam sebuah program acara. Alhamdulillah semuanya bisa terlaksana. Saya juga ingin membagi kebahagian kepada teman-teman saya,” bebernya.

Biografi Parto Partrio OVJ - Pelawak Indonesia

Pelawak

Parto Patrio terlahir dengan nama lengkap Eddy Soepono lahir di Jakarta, 17 April 1961 lebih dikenal sebagai Parto Patrio salah satu anggota grup trio lawak Patrio. Kini Parto Patrio yang kini aktif di lawakan OVJ (Opera Van Java) sebagai Dalang nya. Dalam lawakannya, Parto menggunakan logat Ngapak (Banyumasan), karena konon kabarnya, dia ada daerah Cilacap.Parto mengawali karirnya ketika ia menjadi penyiar radio di SK bersama Akri dan Eko. Setelah itu mereka bertiga sepakat untuk mendirikan bersama grup lawak bernama Patrio tepatnya pada tanggal 10 oktober 1994. Patrio mencapai ketenaran nasional lewat acara Ngelaba di stasiun televisi TPI. Setelah nama mereka populer, masing-masing anggota sering mendapat pekerjaan untuk manggung sendiri-sendiri.

Meski demikian, mereka tetap berkomitmen untuk Patrio. Selain sering muncul di acara dengan tema lawak, Parto juga pernah mendukung beberapa sinetron komedi, di antaranya sinetron Oke-Oke Bos. Tahun 2009, bermain di sitkom OKB dan Opera Van Java di Trans 7. Di Opera Van Java berperan sebagai dalang, kasus senjata apinya kadang dijadikan lawakan di OVJ dan dia sering diidentikan dengan Ariel Peterpan. Dalam acara OPERA VAN JAVA, Parto berperan sebagai seorang dalang yang mempunyai wewenang untuk mengatur alur cerita di setiap adegan. Sedangkan para pemain yang bertindak sebagai wayang, harus menuruti semua perintah yang diucapkan oleh dalang, oleh karena itu, para pemain dituntut untuk melakukan improvisasi adegan dan dialog dengan cepat.

Parto menikah dengan Ida Murwani. Dari pernikahan ini, Parto mempunyai 3 orang anak. Tahun 2001, Parto menikah lagi dengan seorang artis pendatang baru, Dina Risty. Dari istri kedua, Parto mempunyai seorang anak. Bulan Agustus 2004, Parto terpaksa berurusan dengan polisi atas keterlibatan dalam penggunaan senjata api secara sembarangan. Peristiwa itu terjadi di sebuah cafe tempat acara ulang tahun anak rekannya, Eko Patrio.

Pelawak
Selain itu, keunikan program ini adalah alur ceritanya yang hanya diketahui oleh sang dalang, sehingga reaksi dan aksi spontan para pemain OPERA VAN JAVA ini akan mengalir dengan sendirinya. Selama pertunjukan wayang manusia ini berlangsung, Parto akan ditemani oleh Rina ‘Sinden Centil’ yang akan memberikan komentar terhadap para pemain, serta menyanyikan beberapa buah lagu dengan gaya khas seorang sinden, sedangkan Sule akan hadir di setiap episode OVJ sebagai pemain wayang tetap.

Pelawak
Acara Opera Van java digawangi oleh Parto Patrio sebagai Dalang, Rina sebagai sinden, dan didukung pemain-pemain tetap seperti Sule Steven, Olga Syaputra, Azis Gagap, Andre Stinky, Nunung dan berbagai bintang tamu yang selalu berganti setiap episode. Karakter masing-masing tokoh dalam tiap episode memang berbeda-beda tapi tidak meninggalkan karakter yang telah melekat di diri masing -masing pemain tersebut. Sule berkarakter sebagai penggerak tim sehingga sering mendapat tokoh utama. Olga berkarakter juga pemain utama yg sering bertukar peran utama dgn Sule.

Saat hendak pulang, langkah Parto dan Dina, istri keduanya, ditahan para wartawan yang hendak meminta konfirmasi kabar bahwa Parto telah sebulan tidak mengunjungi istri pertamanya. Merasa jalannya dihalang-halangi, Parto marah dan menembakkan pistol ke atas. Kasus tersebut berlanjut dengan pelaporan sejumlah pekerja infotainment yang merasa terancam oleh Parto. Namun kasus ini akhirnya selesai dengan perdamaian. Pihak pelapor telah mencabut gugatannya dan telah ditandatanganinya nota kesepakatan antara pelapor dan Parto. Saat ini Parto dikenal membawakan lakon dalang di acara komedi Opera Van Java bersama sule, azis, nunung, dan andre taulany yang ditayangkan oleh TRANS 7.

Acara Komedi:
  • Oke-Oke Bos
  • Opera Van Java
  • Ngelaba

Biografi Andre Taulany OVJ - Pelawak Indonesia

Pelawak

Andre Taulany atau sering disebut dengan Andre Stinky / Andre OVJ lahir di Jakarta, 17 September 1974 dengan ibu bernama Rasidah Hanum Hasibuan dan ayah bernama Robby Haumahu, dia berprofesi sebagai pemain sinetron, film, sekaligus sebagai Komedian. Andre merupakan artis indonesia yang sudah bermain di beberapa sinetron diantaranya Cerita Cinta, Terang Milikku Juga selain itu Andre Stinky juga pernah membintangi film layar lebar seperti Kiamat Sudah Dekat, Kunfayakun, dan Susuk Pocong. Andre lebih dikenal sebagai Andre OVJ sejak perannya di acara Komedi Opera Van Java TRANS 7.

Setelah bergabung dengan grup band Stinky, nama Andre lebih terkenal dengan Andre Stinky. Bersama Irwan (bass), Nanno (gitar), dan Edy (drum) serta Ndang (telah keluar); Stinky telah merilis 8 album di luar The Best Of Stinky dan Love Song Of Stinky. Album teranyar mereka bertajuk Pecinta Sejati dirilis tanggal 19 Mei 2007. Seperti album terdahulu grup band yang pernah meraih penjualan 1 juta kopi lewat hits mereka "Mungkinkah" dan "Jangan Tutup Dirimu", dalam album tersebut mereka juga masih mengusung tema cinta.

Andre akhirnya keluar dari grup band Stinky yang sudah membesarkannya, dan mencoba untuk bersolo karier, hits yang pernah dikeluarkan adalah lagu Cintailah Istanaku yang juga menjadi OST. Sinetron Akulah Arjunaku.

Selain menyanyi dan bermusik, putra pasangan Robby Haumahu dan Rasidah Hanum Hasibuan ini juga menjajal dunia akting dengan bermain di beberapa judul film, diantaranya Kiamat Sudah Dekat (2003) dan Cerita Cinta (2001). Saat ini, nama andre taulany tidak dikenal sebagai musisi melainkan sebagai komedian. Karena aktingnya yang kocak di berbagai acara komedian membuat dirinya lebih dikenal sebagai komedian. Beberapa acara yang turut membangun kembali eksistensinya di dunia hiburan tanah air yaitu lewat akting kocaknya di acara komedi “Opera Van java”. Selain OVJ, andre juga sempat berakting di beberapa acara komedi seperti, Ngelenong Nyok, Komedi Betawi, dan Lenong.co.id.

Setelah berhubungan dengan beberapa wanita, di antaranya, Linda Rachman, Indah Ludiana dan Ayu Pratiwi. Laki-laki dengan tinggi 173 cm dan berat 56 kg ini akhirnya menambatkan hatinya pada wanita keturunan Padang, Rien Wartia Trigina (biasa dipanggil Erin). Mereka menikah pada tanggal 17 Desember 2005. Pada tanggal 30 November 2006, isteri Andre melahirkan anak pertama mereka yang berjenis kelamin laki-laki.

Pelawak
Sinetron
  • Cerita Cinta
  • Kiamat Sudah Dekat
  • Terang Milikku Juga
  • Hidayah

Film
  • Kiamat Sudah Dekat (2003)
  • Ketika (2005)
  • Kun Fayakuun (2008)
  • Susuk Pocong (2009)

Acara Komedi
  • Ngelenong Nyok
  • Komedi Betawi
  • Lenong.co.id
  • Opera Van Java
  • PAS Mantab
  • The Promotor
  • Sahurnya OVJ

Biografi Tessy Srimulat - Pelawak Indonesia

Pelawak

PERSONAL
Pria yang memiliki nama asli Kabul Basuki ini, lahir di Banyuwangi, 31 Desember 1947. Nama Tessy, yang digunakan dalam setiap penampilannya mengambil inspirasi dari nama putri sulungnya sendiri, Tessy Wahyuni Riwayati Hartatik.


Tessy sendiri, sebelum menjadi pelawak adalah anggota KKO Angkatan Laut untuk operasi pembebasan Irian Barat pada 1961-1963. Lepas dari marinir, dirinya bergabung dengan seni panggung hiburan rakyat di Surabaya, dan bergabung di Srimulat Surabaya pada 1979.

KARIR 
Tessy Srimulat dikenal sebagai sosok pria 'kocak' yang selalu tampil dengan dandanan perempuan. Tessy mengawali karir sebagai komedian dengan bergabung di grup lawak Srimulat, sebelum kemudian bergabung dalam sejumlah acara komedi televisi. Tak hanya merambah layar kaca saja. Tessy pun juga bermain dalam film-film layar lebar.

FILMOGRAFI 
GEPENG MENCARI UNTUNG (1983)
SETANNYA KOK BENERAN? (2008)
THE MALING KUBURANS (2009)
XXL-DOUBLE EXTRA LARGE (2009)
SUSAH JAGA KEPERAWANAN DI JAKARTA (2010)

Biografi Cut Nyak Dien - Pahlawan Indonesia

Kamis, 24 April 2014

Tokoh Indonesia

Sepertinya Indonesia di pastikan memiliki Pahlawan di tiap propinsinya. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas seorang pahlawan perempuan yang lahir dari Aceh. Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di Kerajaan Aceh dan beliau meninggal dunia di wilayah pengasihannya di Sumedang pada tanggal 6 November 1908, Jawa Barat.

Cut Nyak Dien dengan semua jasa – jasanya dalam melawan penjajah Belanda sangat terkenal dan di kenang luas tidak hanya oleh warga Aceh namun bagi semua rakyat Indonesia. Untuk segala perjuangannya dalam Perang Aceh, pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia. 


Pada awalnya, Cut Nyak Dien menikah dengan Ibrahin Lamnga. Sama sepertinya, suaminya juga seorang pejuang melawan Belanda. Dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di Gle Tarum, Ibrahim  Lamnga meninggal dunia tepatnya pada tanggal 29 Juni 1878. 

Masa Kecil

Cut Nyak Dien memiliki sebuah garis keturunan yang tercatat memang menomor satukan perintah agama. Keluarganya juga bukan rakyat biasa, ia lahir dari garis keluarga bangsawan. Daerah dimana ia di lahirkan dalam beberapa literatur di sebut dengan wilayah VI mukim, yang tercatat dari momen kelahirannya hanya tahunnya saja, yaitu 1848.

Terlahir dari keturunan bangsawan, ayahnya bernama Teuku Nanta Setia dan ibunya adalah putri uleebalang Lampagar.

Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan bidang agama dan keahlian hidup dengan baik dari oarng tua dan guru nya. Orang tuanya mengajarkan beliau keahlian untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Di ajarkannya mulai dari memasak, mengurus suami, serta hal – hal kecil lainnya terkait kehidupan rumah tangga. Ia juga mendapat pengajaran agama yang mumpuni dari guru ngajinya.

Cut Nyak Dien kecil tumbuh menjadi gadis yang cantik dan di sukai banyak pemuda di wilayahnya. Banyak yang datang melamarnya. Kemudian orang tuanya menikahkan beliau dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, mereka menikah pada tahun 1862. Suaminya merupakan putra dari uleebalang Lamnga XIII. Dari pernikahannya ini, Cut Nyak Dien di karuniai seorang anak laki - laki.

Perjuangan Melawan Belanda

Belanda pertama kali melancarkan serangan ke Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. Dari kapal perangnya yang di beri nama Citadel van Antwerpen, Belanda mulai menggempur wilayah Aceh. Rakyat Aceh tentu tidak tinggal diam, mereka juga melancarkan serangan balik yang di pimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah pada tahun 1873-1874. Saat itu, penjajah Belanda di pimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler, mereka menyerbu Aceh dengan jumlah prajurit mencapai 3.198.


Hal pertama ketika penjajah Belanda mulai menyerang Aceh adalah menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Mereka mendarat melalui Pantai Ceureumen. Belanda langsung membakar Masjid Raya Baiturrahman. Cut Nyak Dien melihatnya dan tidak tinggal diam. Ia langsung membangkitkan rasa perjuangan rakyat Aceh dengan berteriak keras : Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?


Pada saat itu, Kesultanan Aceh mampu memukul mundur Penjajah Belanda. Kohler yang menjadi pemimpin merekapun tewas dalam pertempuran karena tertembak. Alhasil Kesultanan Aceh berhasil memenangkan pertempuran pertama, suami Cut Nyak Dien yang bertempur di jajaran terdepan pulang dengan tersenyum. Perang ini terjadi pada April 1873.


Namun berikutnya, Belanda melancarkan serangan kembali pada tahun 1874-1880. Pada tahun 1873 wilayah VI Mukim dapat di lumpuhkan oleh Belanda di bawah pimpinan Jenderal Jan Van Swieten. Penjajah Belanda juga menguasai Keraton Kesultanan Aceh pada tahun 1874. Ini membuat rakya Aceh tidak memiliki lagi tempat yang aman untuk di tinggali. Rakyat Aceh akhirnya memilih mengungsi pada tanggal 24 Desember 1875, yang di utamakan mengungsi adalah ibu – ibu dan anak – anak, Cut Nyak Dien juga ikut dalam rombongan pengungsi. Sedangkan suaminya dan bersama para lelaki lain berjuang bertempur melawan penjajah Belanda guna mengambalikan Kesultanan Aceh dengan merebut wilayah VI mukim.  

Dalam pertempuran ini, Ibrahim Lamnga, suami Cut Nyak Dien gugur dalam medan pertempuran. Ibrahim Lamnga tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Inilah titik dimana Cut Nyak Dien mengambil ikrar untuk tidak akan berhenti memperjuangkan Aceh dan menghancurkan Penjajah Belanda.  


Dalam catatan perjalanan hidup Cut Nyak Dien, ia menikah untuk kedua kali dengan seorang tokoh perjuangan Aceh yang sangat di segani bernama Teuku Umar. Meskipun pertamanya Cut Nyak Dien menolak lamaran dari Teuku Umar, namun kemudian ia menerimanya juga setelah calon suaminya itu tetap akan mengizinkan ia guna menumpaskan Belanda.


Mereka menikah pada tahun 1880. Pernikahan ini di sambut baik oleh rakyat Aceh dan menambah gairah semangat perjuangan rakyat Aceh dalam melawan penjajah Belanda. Dari pernikahan dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dien di karunia seorang anak yang di beri nama Cut Gambang. 


Perjuangan berlanjut dengan meenggunakan taktik perang Gerilya. Perang ini tidak hanya perjuangan dalam mengusir penjajah Belanda, namun juga merupakan upaya untuk menegakan agama Alloh dan di namakan perang fi’sabililah yaitu perang di jalan Alloh melawan kafir Belanda.

Langkah awal yang di ambil oleh Teuku Umar adalah mendekati Belanda dan membangun hubungan yang kuat antara keduanya, semua di lakukan guna mendapat kepercayaan Belanda. Dan semuanya mencapai puncak ketika Teuku Umar bersama 250 pasukannya “meyerahkan diri” kepada Belanda dan mengaku berniat ingin bergabug dengan Belanda. Ini di lakukan pada tanggal 30 September 1893.  

Belanda yang pastinya sangat menyetujui dengan langkah yang di ambil oleh teuku Umar ini langsung menganugerahi ia dengan gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Selain itu, Belanda juga memberikan kekuasaan penuh kepada teuku Umar untuk menjadi komandan unit pasukan Belanda.

Namun strategi yang di ambil oleh teuku Umar dan Cut Nyak dien ini bukan tanpa pertentangan. Banyak rakyat Aceh mengira bahwa mereka telah mengkhianati Aceh. Salah satunya yaitu Cut Nyak Meutia yang langsung mendatangi Cut Nyak Dien dan langsung memakinya. Meskipun Cut Nyak Dien berhasil untuk meyakinkan kembali Cut Nyak Meutia untuk kembali berfokus melawan Belanda karena pada dasarnya semua yang di lakukan oleh Teuku Umar adalah salah satu upaya dalam melemahkan Belanda dari dalam.
Teuku Umar masih tetap fokus untuk meengganti sebanyak – banyak orang Belanda menjadi orang Aceh di pasukan yang ia pimpin. Sambil terus mempelajari taktik perang yang di pakai oleh Belanda. Hingga pada saat dimana orang Aceh yang masuk dalam pasukannya di rasa sudah cukup, Teuku Umar merencanakan untuk menggempur Aceh. Tentu inipun di maksudkan dalam upaya untuk mengelabui Belanda.

Ketika rencana untuk menggempur basis Aceh itu telah di setujui Belanda. Maka, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien bersama dengan pasukan serta peralatan perang berupa senjara berat lengkap dengan amunisinya pergi berangkat ke Aceh. Namun ternyata mereka tidak pernah kembali lagi ke Belanda. Pengkhianatan Teuku Umar ke pihak Belanda ini di kenal dengan Het Verraad van  Teukoe Oemar atau pengkhianatan Teuku Umar.

Alhasil di pastikan Belanda sangat marah dengan kejadian ini. Mereka mengamuk dengan melancarkan operasi besar – besaran untuk menangkap teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Sementara itu pasukan Belanda sekarang di pimpin oleh Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, menggantikan yang sebelumnya Jenderal Van Swieten.

Dengan bekal peralatan perang yang lengkap, Teuku Umar berhasil menghancurkan pasukan Belanda. Jenderal Jakobus berhasil di bunuh. Belanda benar – benar dalam masalah besar sehingga mereka mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya juga.   


Belanda tetap mencari cara agar dapat melumpuhkan kekuatan Aceh. Mereka membayar orang untuk terus mematai – matai Teuku Umar untuk mendapatkan rencana apa yang nantinya akan di ambil oleh Teuku Umar. Maka di ketahui bahwa Teuku Umar akan menyerang Belanda pada tanggal 11 Februari 1899. Karena rencananya sudah di ketahui, Teuku Umar gugur dalam perang tersebut. Meskipun sedih bukan main, Cut Nyak Dien tetap tegar dan mengatakan bahkan sempat memarahi anaknya yaitu Cut Gambang yang menangis di hadapan jasad ayahnya ‘Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid’. Cut Nyak Dien terus melancarkan serangan kepada Belanda di pedalaman Meulaboh bersama dengan para pasukannya.

Tertangkap Oleh Belanda

Dengan usia yang sudah menua, Cut Nyak Dien terus berjuang melawan Belanda. Namun bagaimanapun pihak Belanda lebih kuat karena di dukung kekuatan yang lengkap. Terlebih lagi Cut Nyak Dien memilki penyakit encok dan mata rabun. Di tambah jumlah pasukan yang makin berkurang dan kurangnya pasokan makanan.  


Akhirnya, salah satu pasukannya melaporkan keberadaan Cut Nyak Dien kepada Belanda. Yang melapor tersebut bernama Pang Laot. Belanda datang berhamburan menyerbu tempat Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka bertempur mati – matian meskipun akhirnya Cut Nyak Dien tertangkap oleh pihak Belanda. Sementara anakanya, Cut Gambang, berhasil kabur ke hutan dan meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda.

Masa Gugur

Cut Nyak Dien akhirnya di bawa ke Banda Aceh dan di rawat disana. Penyakitnya juga semakin membaik. Namun walaupun sudah tidak melancarkan serangan, Belanda khawatir bahwa kehadiran Cut Nyak Dien di Banda Aceh akan membangunkan kembali semangat perlawanan warga Aceh. Terlebih lahi ia masih aktif membangun komunikasi dengan para gerilyawan. Belanda akhirnya memutuskan untuk mengirim Cut Nyak Dien dan di asingkan ke Sumedang – Jawa Barat.

Bersama dengan tahanan yang lain , Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang. Karena nama besar dan perjuangannya, Bupati Sumedang Suriaatmaja menaruh hormat kepada Cut Nyak Dien. Di dalam tahanan, Cut Nyak Dien di juluki dengan nama “Ibu Perbu”, karena di anggap sebagai perempuan yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni. Cut Nyak Dien  di tahan bersama seorang ulama bernama Kiyai Ilyas. 

Karena faktor usia, Cut Nyak Dien meninggal di Sumedang pada tanggal 6 November 1908. Namun pada tahun 1959 makamnya baru di temukan. Atas semua jasa besarnya dalam perjuangan melawan Belanda, pemerintahan Soekarno menganugerahinya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 tepatnya pada tanggal 2 Mei 1964. Gelar pahlawan ini sendiri atas pengajuan Gubernur Aceh saat itu yaitu Ali Hasan.

Biografi Pangeran Diponegoro - Pahlawan Indonesia

Tokoh Indonesia

Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar.

Asal-usul Diponegoro
Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Raden Mas Mustahar,[rujukan?] lalu diubah namanya oleh Hamengkubuwono II tahun 1805 menjadi Bendoro Raden Mas Ontowiryo.

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.


Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro.



Riwayat perjuangan

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.


Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.
 
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830.


Penangkapan dan pengasingan

* 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia. Lukisan karya Nicolaas Pieneman, "Penyerahan diri Pangeran Diponegero kepada Jenderal De Kock".


* 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.


* 11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch.


* 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado.


* 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam.


* 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.


* 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.


Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.


Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Citrowati Puteri Bupati Madiun Raden Ronggo. Raden Ayu Citrowati adalah saudara satu ayah lain ibu dengan Sentot Prawiro Dirjo. Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon atau Ki Sodewo snediri telah masuk dalam daftar silsilah yang dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta.


Perjuangan Ki Sodewo untuk mendampingi ayahnya dilandasi rasa dendam pada kematian eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika Raden Ronggo dipaksa menyerah karena memberontak kepada Belanda. Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat ditaklukkan. Ki Sodewo kecil dan Sentot bersama keluarga bupati Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti suksesnya penyerbuan.


Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran Diponegoro lalu dititipkan pada sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-pindah tempat agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada saat itu sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu terkenal sebagai penentang Belanda. Atas kehendak Pangeran Diponegoro, bayi tersebut diberi nama Singlon yang artinya penyamaran.


Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung-kantung perjuangan Ki Sodewo pada saat itu dengan bermacam macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan dimotori oleh keturunan ke 7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni Muryanto, Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban dengan nama Paguyuban Trah Sodewo.


Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku.

Biografi Ki Hajar Dewantara - Pahlawan Indonesia

Tokoh Indonesia

Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).

Biografi Bung Tomo (Sutomo) - Pahlawan Indonesia

Tokoh Indonesia

Sutomo atau Bung Tomo lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920, Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer. Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi. Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia. Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.

Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya. Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007. Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

Biografi Kapitan Pattimura - Pahlawan Nasional Asal Maluku


Pattimura, memiliki nama asli Thomas Matulessy (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun).Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.

Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.

Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan

Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat.

Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.

Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia...... Pahlawan Nasional Indonesia. Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan kemerdekaan bagi seluruh rakyat indonesia.

 
Patung Pattimura

Meluruskan sejarah Kapitan Ahmad `Pattimura’ Lussy

Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen. Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.
(Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya).
Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang patriot yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis. Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah. M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura, mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan
“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”
Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan, penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu. Di bagian lain, Sapija menafsirkan,
“Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”
Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen. inilah yang menjadi perdebatan sejarah hingga sekarang ini.
 
Published by Yuli Alianis
Copyright © 2014 Touch Effectt All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger
Reference biography by Wikipedia