Abdul Halim Perdanakusuma
merupakan seorang Pahlawan Nasional yang namanya diabadikan menjadi
sebuah nama bandara di Jakarta bernama Bandara Halim Perdanakusuma. Ia
lahir di Sampang, 18 November 1922. Ia meninggal dunia saat menjalankan
tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatera, yaitu ketika
ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat
terbang dari Thailand. Semasa perang mempertahankan kemerdekaan
Indonesia melawan penjajah Belanda di Sumatera pada tahun 1948. Halim
Perdana Kusuma dan Marsma Ismayudi ditugaskan membeli kelengkapan
senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang jenis
Enderson.
Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api. di antaranya karbin. sten-gan. pistol dan bom tangan. Dalam perjalanan pulang pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya. Diduga kerana cuaca buruk, Namun kemungkinan karena sabotase sangat terbuka. Bangkai pesawat terbang tersebut ditemui di sebuah kawasan hutan berdekatan dengan Lumut Perak Malaysia. Namun tim penyelamat hanya menemui jasad Halim. Sementara, Ismayudi tidak dijumpai dan tidak diketahui nasibnya sehingga sekarang. Begitu juga dengan pelbagai kelengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui ke mana perginya.
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di Gunung Mesah. tidak jauh dari Gopeng Perak Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat di daerah itu (Gunung Mesah)banyak orang Sumatra, Beberapa tahun kemudian kuburannya digali dan jasadnya dibawa balik ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Jakarta.
Pemerintah memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim. dengan menganugerahi gelar dahlawan nasional dan mengabadikan namanya di sebuah lapangan terbang (Bandar Udara) internasional Halim Perdanakusuma di Jakarta. Juga dengan mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.
Sementara.
nasib Ismayudi tidak diketahui. Ketika Perjanjian Haadyai antara
Kerajaan Malaysia dengan Partai Komunis Malaya pada tahun 1989. seorang
Indonesia turut muncul dalam gencatan senjata tersebut. Ishak Haji
Mohamad (Pak Sako) menduga komunis warga Indonesia tersebut ialah
Ismayudi.